0
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Dokumen_www.izalmuslim.com

Perkenalkan Izal Muslim, M.Pd. Guru SD Negeri 009 Bengkong - Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan Calon Guru Penggerak Angkatan 10 Tahun 2024. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin menyampaikan pemaparan mengenai pentingnya pengambilan keputusan yang didasari oleh nilai-nilai luhur bagi seorang pemimpin. Sebelum kita membahas lebih lanjut, marilah kita renungkan bersama sebuah pesan inspiratif berikut ini:

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best)
-Bob Talbert-

Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang dipelajari saat ini?

Pendidikan adalah perjalanan panjang menuju kemuliaan diri. Bukan hanya tentang mencapai puncak prestasi, melainkan tentang menjadi manusia yang utuh, yang mampu menginspirasi dan bermanfaat bagi sesama. Guru adalah pemandu dalam perjalanan itu, yang selalu hadir di sisi murid, memberikan bimbingan dan dukungan. Pendidikan sejati adalah menanamkan benih kebaikan dalam jiwa anak. Bukan sekadar mengisi otak dengan pengetahuan, melainkan menumbuhkan hati yang peka dan pikiran yang jernih. Guru adalah penyemai benih-benih kebaikan itu, agar kelak tumbuh menjadi pohon-pohon rindang yang menyejukkan lingkungan.

Sebagai seorang guru, tugas kita tidak hanya menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga membentuk karakter siswa. Kita harus menjadi teladan yang baik, memberikan motivasi, dan membimbing siswa agar mereka dapat hidup bermasyarakat dengan damai dan berkontribusi positif. Dengan kata lain, kita harus menerapkan prinsip "ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani" dalam setiap interaksi dengan siswa. Pendidikan karakter jauh lebih berharga daripada sekadar kecerdasan intelektual. Anak yang memiliki karakter yang baik akan lebih mudah untuk belajar sepanjang hayat dan mengembangkan potensi dirinya secara maksimal. Sebaliknya, anak yang pintar tanpa karakter yang baik berpotensi menyalahgunakan kemampuannya. Oleh karena itu, pendidikan harus menyeimbangkan antara pengembangan kognitif dan afektif.

Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

Keputusan yang kita buat harus selalu berlandaskan nilai-nilai kebaikan dan keadilan, serta menempatkan kepentingan siswa sebagai prioritas utama. Dengan mengacu pada tiga prinsip dasar pengambilan keputusan (berbasis hasil, aturan, dan kepedulian), kita dapat memastikan bahwa setiap pilihan yang kita buat tidak hanya bertanggung jawab, tetapi juga berdampak positif bagi semua pihak yang terlibat serta sesuai dengan nilai-nilai dan peraturan yang berlaku.

Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

"Saya berkomitmen untuk menerapkan pendekatan yang sistematis dalam pengambilan keputusan, dengan mengacu pada tiga dasar, tiga prinsip, empat paradigma, dan sembilan langkah yang telah ditetapkan. Selain itu, saya akan memfasilitasi proses coaching untuk membantu orang lain mengembangkan kemampuan problem-solving mereka. Melalui proses ini, saya berharap mereka tidak hanya menemukan solusi atas masalah yang sedang dihadapi, tetapi juga memperoleh keterampilan yang berguna untuk mengatasi tantangan di masa depan, baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat."

 Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.

Education is the art of making man ethical.

Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.

~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Menurut saya, pendidikan adalah seni yang indah dan bermakna. Seperti seorang seniman yang memahat kayu menjadi karya yang indah, seorang pendidik membentuk siswa menjadi individu yang berkarakter, cerdas, dan berakhlak mulia. Tujuan akhir pendidikan adalah menghasilkan lulusan yang tidak hanya sukses secara akademik, tetapi juga mampu hidup bermasyarakat dengan harmonis dan berkontribusi positif bagi kemajuan bangsa.

Berikut ini beberapa pertanyaan sebagai pemandu dalam kesimpulan materi pembelajaran (Koneksi Antar Mater);

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

"Sebagai seorang pemimpin, kita harus mengamalkan nilai-nilai Patrap Triloka. yaitu ing ngarso sung tuladha (di depan memberi contoh), ing madya mangun karsa (di tengah memotivasi), dan tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan)Artinya, kita harus menjadi teladan, motivator, dan pendukung bagi orang yang kita pimpin. Dengan menjadi contoh yang baik, kita menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejak kita. Dengan memotivasi dan mendukung mereka, kita membantu mereka untuk mencapai potensi terbaiknya. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa setiap keputusan yang kita ambil selalu berpihak pada kepentingan bersama."

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

"Proses pengambilan keputusan yang baik dimulai dengan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai moral, kepentingan siswa, dan akuntabilitas. Nilai-nilai inilah yang akan membimbing kita dalam menganalisis berbagai alternatif dan memilih opsi yang paling sesuai. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa keputusan yang kita ambil tidak hanya rasional, tetapi juga etis dan dapat dipertanggungjawabkan." Prinsip-prinsip ini berfungsi sebagai kerangka kerja dalam menganalisis berbagai situasi dan memilih alternatif tindakan yang paling tepat. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip ini, kita dapat menghindari jebakan dilema etika dan membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral."

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Coaching adalah proses kolaboratif yang sistematis, di mana seorang coach bekerja sama dengan coachee untuk mengidentifikasi potensi, mengatasi tantangan, dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses ini berfokus pada pengembangan diri, peningkatan kinerja, dan peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan (Grant, 1999).

Coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya (Whitmore, 2003). Coaching sebagai “…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.” (International Coach Federation -ICF).

Tujuan utama coaching adalah memfasilitasi pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif pada individu, sehingga mereka mampu mengidentifikasi solusi yang inovatif dan relevan. Dengan mengikuti langkah-langkah coaching yang sistematis, individu diharapkan dapat membuat keputusan yang rasional dan berorientasi pada hasil yang optimal.

Coaching bertujuan untuk membantu seseorang berpikir lebih jernih dan kreatif, sehingga mereka bisa menemukan solusi terbaik untuk masalah mereka sendiri. Dengan mengikuti 9 langkah dalam proses coaching, seseorang diharapkan dapat membuat keputusan yang bijak dan menguntungkan semua pihak.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kestabilan emosi merupakan prasyarat penting dalam proses pengambilan keputusan. Emosi yang stabil memungkinkan individu untuk mengakses kesadaran diri dan sosial yang lebih baik, sehingga dapat mengidentifikasi dilema etika dengan lebih akurat. Pikiran yang jernih memungkinkan individu untuk melakukan analisis kritis terhadap berbagai alternatif solusi, sehingga dapat memilih opsi yang paling optimal dan berkelanjutan. Emosi yang stabil dan pikiran yang jernih adalah kunci untuk menemukan solusi yang win-win solution. Dengan mengelola emosi dengan baik, kita dapat menghindari keputusan impulsif yang merugikan. Pikiran yang jernih memungkinkan kita untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan solusi dan memilih opsi yang paling menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Langkah pertama dalam pengambilan keputusan adalah mengenali nilai-nilai yang relevan dengan situasi tersebut. Pemimpin harus mampu mengidentifikasi nilai-nilai yang saling bertentangan dan memilih nilai-nilai yang akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Uji intuisi berperan penting dalam memastikan bahwa keputusan yang diambil tidak hanya rasional, tetapi juga etis dan sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Proses pengambilan keputusan yang baik akan menghasilkan keputusan yang dapat diterima oleh semua pihak. Meskipun tidak semua orang akan merasa puas sepenuhnya, namun dengan upaya untuk melibatkan semua pihak dan mencari solusi terbaik, pada akhirnya akan tercipta suasana yang harmonis dan produktif.

Keputusan yang optimal adalah keputusan yang mampu meminimalisir dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif bagi seluruh stakeholder. Dengan demikian, keputusan tersebut akan menciptakan lingkungan yang adil, aman, dan kondusif. Meskipun perubahan seringkali menimbulkan ketidaknyamanan sementara, namun dengan pendekatan yang adaptif, pada akhirnya akan tercipta keseimbangan dan kepuasan bagi semua pihak.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Masalah utama dalam mengambil keputusan yang etis di lingkungan saya adalah kebiasaan buruk dan keengganan untuk berubah. Banyak orang cenderung mengabaikan masalah kecil karena berpikir masalah itu akan hilang dengan sendirinya. Padahal, jika dibiarkan, masalah kecil bisa menjadi besar. Selain itu, tidak semua orang mudah menerima perubahan, terutama ketika perubahan itu berkaitan dengan teknologi.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Proses pengambilan keputusan yang didasarkan pada tiga prinsip fundamental akan menghasilkan keputusan yang berpihak pada kepentingan peserta didik. Pendekatan ini sejalan dengan paradigma pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan strategi yang efektif untuk memenuhi kebutuhan belajar yang beragam dari setiap peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan setiap murid untuk belajar sesuai dengan gaya belajar, minat, dan tingkat kemampuannya. Hal ini akan meningkatkan motivasi belajar dan prestasi akademik murid.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Pemimpin pembelajaran senantiasa berkomitmen untuk mengambil keputusan yang berpihak pada kepentingan peserta didik. Penerapan prinsip ends-based thinking, rule-based thinking, dan care-based thinking dalam proses pengambilan keputusan memastikan bahwa keputusan yang diambil selalu berorientasi pada kesejahteraan jangka panjang peserta didik. Guru sebagai fasilitator pembelajaran memiliki peran yang krusial dalam memberikan teladan dan bimbingan kepada peserta didik dalam menghadapi berbagai tantangan. Dengan menggunakan tiga pendekatan pengambilan Keputusan tersebut, guru dapat memastikan bahwa keputusan yang diambil tidak hanya adil, tetapi juga mempertimbangkan aspek emosional dan sosial dari murid. Guru juga berperan sebagai model peran bagi murid dalam menyelesaikan masalah.

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Sebagai seorang guru, saya menyadari bahwa pengambilan keputusan yang tepat sangat penting. Modul 3.1 ini mengajarkan pada saya bahwa setiap keputusan yang saya ambil harus didasarkan pada nilai-nilai luhur dan selalu mengutamakan kepentingan murid, sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan adalah menuntun murid mencapai kebahagiaan (modul 1.1).

Sebagai seorang guru penggerak, dituntut untuk berperan sebagai pembelajar sejati yang berorientasi pada kepentingan peserta didik (modul 1.2).. Karakteristik guru penggerak yang mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif menjadi landasan dalam pengambilan keputusan. Setiap keputusan yang diambil perlu dievaluasi secara kritis untuk memastikan bahwa keputusan tersebut sejalan dengan tujuan pembelajaran dan berdampak positif bagi peserta didik.

Guru sebagai agen perubahan dituntut untuk memiliki visi yang komprehensif dan berorientasi masa depan. Penerapan model BAGJA (modul 1.3) dalam proses pengambilan keputusan dapat menjadi pedoman bagi guru dalam menginisiasi perubahan yang bermakna. Melalui langkah-langkah yang sistematis, guru dapat memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil berdampak positif bagi semua pihak dan selaras dengan visi yang telah ditetapkan.

Untuk mewujudkan visi sekolah, budaya positif sangat penting (modul 1.4). Semua anggota sekolah harus memiliki kesepakatan bersama tentang nilai-nilai yang dianut. Jika terjadi penyimpangan, kita perlu menyelesaikannya dengan cara yang restorative, di mana semua pihak terlibat dalam mencari solusi. Pemimpin pembelajaran harus mampu mengidentifikasi dilema etika dan mengambil keputusan yang tepat untuk menciptakan lingkungan sekolah yang harmonis dan disiplin.

Dalam merancang pembelajaran, guru dihadapkan pada tantangan untuk memenuhi kebutuhan belajar yang beragam dari setiap siswa. Proses pengambilan keputusan terkait model dan strategi pembelajaran berdiferensiasi (modul 2.1) memerlukan analisis yang mendalam terhadap data siswa dan karakteristik materi pelajaran. Evaluasi hasil belajar merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil telah memberikan dampak yang optimal.

Kesadaran Sosial Emosional (KSE) (modul 2.2) sangat penting bagi seorang guru. KSE meliputi kemampuan untuk memahami diri sendiri, mengelola emosi, peduli dengan orang lain, membangun hubungan yang baik, dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Kemampuan KSE yang baik akan membantu guru dalam menghadapi berbagai tantangan di kelas dan mengambil keputusan yang tepat, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

Proses coaching yang efektif dapat meminimalkan dampak negatif dari kesalahan yang terjadi. Seorang coach berperan sebagai mitra yang mendukung coachee dalam mencapai tujuan profesionalnya. Dalam konteks pendidikan, supervisi akademik (modul 2.3). merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memberikan bimbingan dan dukungan kepada guru.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pengambilan keputusan dalam konteks pembelajaran harus didasarkan pada tiga prinsip utama: nilai-nilai kebajikan, akuntabilitas, dan kepentingan peserta didik. Penerapan nilai-nilai kebajikan dalam menganalisis dilema etika memungkinkan pengambil keputusan untuk memilih opsi yang paling etis. Pendekatan multiperspektif, seperti ends-based thinking, rule-based thinking, dan care-based thinking, dapat digunakan untuk mengevaluasi berbagai alternatif solusi. Kolaborasi dan komunikasi yang efektif dapat menghasilkan keputusan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah, perbedaannya adalah setelah mempelajari modul ini telah membantu saya menjadi lebih terorganisir dan memiliki target yang jelas dalam menyelesaikan tugas. Saya juga merasa lebih percaya diri dalam membuat pilihan karena telah dilatih untuk melakukan analisis yang mendalam sebelum mengambil keputusan, termasuk mempertimbangkan dampak jangka panjangnya.

Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
"Modul ini telah memberikan saya kepercayaan diri yang lebih besar untuk mengembangkan diri dan orang lain. Dengan mengikuti panduan yang jelas, saya dapat membuat program yang lebih terstruktur dan mengambil keputusan yang lebih baik. saya merasa lebih kompeten dalam merancang program pengembangan diri dan peserta didik. Penerapan sembilan langkah, empat paradigma, dan tiga prinsip telah meningkatkan ketelitian dan kehati-hatian saya dalam pengambilan keputusan."

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

"Saya memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat dan menyusun rencana pengembangan diri yang jelas. Selain itu, sebagai pemimpin, saya mampu membangun hubungan yang baik dengan orang lain dan berani mengambil tindakan yang berdampak signifikan terhadap lingkungan sekitar."

Wasalam.
Semoga bermanfaat.


Baca Dan Lihat Juga Artikel Yang Berkaitan Dengan :

Posting Komentar

 
Top